Kamis, 16 Januari 2020

Cara Pembuatan Koloid



        Sistem koloid dapat dibuat secara langsung  dengan mendispersikan suatu zat ke dalam medium pendispersi. Selain itu, dapat dilakukan dengan mengubah suspensi menjadi koloid atau dengan mengubah larutan menjadi koloid. Jika ditinjau dari pengubahan ukuran partikel zat terdispersi, cara pembuatan koloid dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu pembuatan koloid secara dispersi dan pembuatan koloid secara kondensasi.
    Pembuatan koloid secara dispersi adalah memperkecil partikel. Cara ini melibatkan pengubahan ukuran partikel besar (misalnya suspensi atau padatan) menjadi ukuran partikel koloid. Sementara itu, pembuatan koloid secara kondensasi adalah memperbesar ukuran partikel. Pada umumnya, dari larutan diubah menjadi koloid. Secara skematis, kedua proses tersebut dapat digambarkan sebagai proses yang berlawanan, di mana sistem koloid berada di antara dua sistem dispersi yang lain.

1. Pembuatan Koloid Secara Dispersi

a. Dispersi langsung (mekanik)
Cara ini dilakukan dengan memperkecil zat terdispersi sebelum didispersikan ke dalam medium pendispersi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggiling atau menggerus partikel sampai ukuran tertentu. Sebagai contoh adalah pembuatan sol belerang dalam air, serbuk belerang dihaluskan terlebih dahulu dengan menggerus bersama kristal gula secara berulang – ulang. Campuran semen dengan air dapat membentuk koloid secara langsung karena partikel – partikel semen sudah digiling sedemikian rupa sehingga ukuran partikelnya menjadi ukuran koloid.

b. Homogenisasi
Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air di dalam mesin homogenisasi sehingga partikel – partikel susu berubah menjadi seukuran partikel koloid. Emulsi obat pada pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi mengunakan mesin homogenisasi.

c. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan  dengan cara memecah partikel – partikel besar, misalnya suspensi, gumpalan, atau endapan dengan menambahkan zat pemecah tertentu. Sebagai contoh, endapan Al(OH)3 akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan AlCl3 ke dalamnya. Endapan AgCl akan berubah menjadi koloid dengan menambahkan larutan NH3 secukupnya. Contoh lain, karet bisa dipeptisasi oleh bensin, agar – agar oleh air, nitroselulosa oleh aseton. Endapan NiS dapat dipeptisasi oleh H2S.

d. Busur Bredig
Busur Bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam. Proses ini dilakukan dengan cara meletakkan logam yang akan dikoloidkan pada kedua ujung elektrode dan kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik. Suhu tinggi akibat adanya loncatan bunga api listrik mengakibatkan logam akan menguap dan selanjutnya terdispersi ke dalam air membentuk suatu koloid logam.

2. Pembuatan Koloid Secara Kondensasi
Pembuatan koloid secara kondensasi dilakukan dengan mengubah suatu larutan menjadi koloid. Proses ini umumnya melibatkan reaksi – reaksi kimia yang menghasilkan zat yang menjadi partikel – partikel terdispersi.

Secara Kimia
a. Reaksi hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid – koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).
Contoh:
Pembuatan sol Fe(OH)3 dengan cara memanaskan larutan FeCl3.
FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)

b. Reaksi Redoks
Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)

c. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat – zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3.
3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)

d. Dekomposisi rangkap
Contoh: pembuatan sol AgCl
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(koloid) + HNO3(aq)

Secara Fisika
Cara fisika digunakan untuk membuat koloid dengan cara mengkondensasikan partikel koloid. Proses ini dilakukan melalui cara-cara berikut.

• Pengembunan uap
Cara pengembunan uap diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg). Sol raksa dibuat dengan menguapkan raksa. Uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin sehingga mengembun dan diperoleh partikel raksa berukuran koloid.
• Pendinginan
Suatu koloid dapat dibuat melalui proses pendinginan, tujuannya untuk menggumpalkan suatu larutan sehingga menjadi koloid karena kelarutan suatu zat sebanding dengan suhu.
• Penggantian pelarut
Penggantian pelarut digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid yang tidak dapat larut dalam suatu pelarut tertentu, misalnya pada pembuatan sol belerang. Belerang sukar larut dalam medium air. Oleh karena itu, air diganti dengan alkohol. Sol belerang dalam air, dibuat dengan cara melarutkan belerang ke dalam alkohol hingga diperoleh larutan jenuh. Larutan jenuh ini selanjutnya diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam air hingga terbentuk sol belerang.

Dispersi Koloid
Sistim dispersi zat dapat dibedakan menurut ukurannya
1.Dispersi halus
Ukuran partikel-partikel suatu zat yang  didispersikan antara 1 sampai dengan 100 millimikron.
2. Dispersi kasar
Partikel partikel zat yang didispersikan lebih dari 100 millimikron.
3. Dispersi molekuler
Partikel partikel yang lebih kecil dari pada 1 millimikron merupakan partikel-partikel zat yang didispersikan. Ada beberapa fase dari sistim koloid tersebut, yaitu : fase dispersi dan fase medium dispersi. Kedua fase ini terdapat gas cair dan padat.
      Jadi pada kedua fasa tersebut di atas terdapat hubungan sistimkoloid dapat dilihat pada tabel di bawah ini



    Campuran adalah kombinasi dari beberapa zat tunggal dimana unsur-unsur zat tunggal tersebut saling bernteraksi satu sama lain. Campuran dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
     Campuran Homogen yaitu campuran antara beberapa zat tunggal yang tercampur merata satu sama lain sehingga zat-zat penyusunnya suda tidak dapat dibedakan lagi. Larutan adalah jenis campuran homogen misalnya larutan air dan gula. Gula adalah zat terlarut dan air adalah pelarut karena fraksinya lebih besar. gula dan air sudah tidak bisa dibedakan dalam larutan gula
      Campuran Heterogen yaitu campuran antara beberapa zat tunggal yang tidak tercampur merata sehingga zat tunggal penyusunnya masih dapat dibedakan satu sama lain, misalnya campuran antara air dan pasir. pasir tidak dapat larut dalam air sehingga antara air dan pasir masih dapat dibedakan.
  Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 1000 nm), sehingga mengalami Efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Koloid memiliki homogenitas antara larutan dan supsensi. Koloid bersifat heterogen dan larutan bersifat homogen. Sedangkan koloid bersifat homogen dan suspensi bersifat heterogen
     Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair, contoh: kabut dan awan. sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat, contoh: asap dan debu dalam udara.
  • Sol : Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair, contoh: Air sungai, sol sabun, sol detergen, cat dan tinta.E
  • Emulsi: Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak saling melarutkan, contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan.B
  • Buih: Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair, contoh: pada pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, beberapa jenis kosmetik, dan lainnya. Ada pula buih padat yang merupakan gas yang terdispersi dalam padat, contoh: Styrofoam, batu apung, spons, marshmallow.G
  • Gel: sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair, contoh: agar-agar, Lem.

Berikut ini adalah beberapa sifat koloid:
  1. Adsorpsi adalah penyerapan oleh suatu permukaan partikel koloid.E
  2. Elektroforesis Partikel koloid bergerak berdasarkan medan listrik. Partikel koloid memiliki muatan, partikel koloid dengan muatan berbeda cenderung berdekatan dan membentuk gumpalan yang lebih besar sehingga terjadi koagulasiG
  3. Gerak brown adalah gerak acak oleh partikel koloi. partikel koloid bergerak dengan kecepatan tertentu sehingga tidak berdampak oleh grafitasiE
  4. EfekTydall (penghanmburan cahaya) : Koloid menghamburkan cahaya yang datang. misalnya cahaya matahari pada saat senja dibiaskan oleh partikel koloid di atmosfer

      Membran semipermeabel merupakan suatu jenis membran polimerik biologis atau sintetik, yang memungkinkan molekul atau ion tertentu untuk melewatinya dengan difusi—atau terkadang melalui proses khusus seperti difusi terfasilitasi, transpor pasif atau transpor aktif. Laju pelewatan molekul atau ion tersebut dipengaruhi oleh tekanan, konsentrasi, dan suhu dari molekul atau zat terlarut di kedua sisi, serta permeabilitas membran untuk masing-masing zat terlarut. Tergantung pada membran dan zat terlarut, permeabilitas mungkin bergantung pada ukuran, kelarutan, sifat fisik, atau kimia dari zat terlarut tersebut. Banyak material alami dan sintetik yang lebih tebal dari membran juga bersifat semipermeabel. Salah satu contohnya adalah film tipis di bagian dalam telur.

       Perhatikan bahwa membran semipermeabel tidak sama dengan membran selektif permeabel. Membran semipermeabel menggambarkan membran yang memungkinkan beberapa partikel untuk melewatinya (berdasarkan ukuran), sedangkan membran selektif permeabel "memilih" apa yang dapat melewati membran tersebut (ukuran bukan merupakan faktor)
Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar